SEJARAH ILMU MEMBACA GARIS TANGAN DAN SIDIK JARI
A. Asal Mula Ilmu Palmistry
Ilmu yang mempelajari
keterampilan dalam membaca garis tangan dan sidik jari disebut juga dengan
Palmistry. Palmistry telah ada sejak zaman dahulu kala. Keterampilan ini telah dimiliki
oleh manusia pada zaman dulu. Hingga kini palmistry ini berkembang dikalangan
masyarakat yang diturun temurunkan oleh nenek moyang mereka.
Ada banyak ahli yang
menyadari jika gambaran garis hidup manusia terpampang pada garis tangannya. Kehidupan
manusia dalam masalah cinta, rezeki, kesehatan, nasib, jodoh, keberuntungan dan
banyak lagi segi kehidupan lain yang telah tercetak dengan jelas pada telapak
tangan setiap orang.
Garis tangan setiap manusia
itu berbeda antara yang satu dan yang lain dan begitu juga dengan garis tangan
kedua belah tangan manusia itu sendiri. Seperti halnya yang terlihat pada pola
garis tangan setiap manusia juga berbeda-beda. Dan seorang yang ahli dalam
bidang palmistry akan mampu membaca garis tangan manusia seperti seseorang yang
pandai membaca pikiran ornag lain melalui bahasa tubuh dan cara berkomunikasi
seseorang itu.
Sejak ribuan tahun yang lalu
keberadaan ilmu palmistry telah ada. Buktinya ialah dengan ditemukannya gambar
telapak tangan dan gambar garis tangan prasejarah yang digambarkan dengan
sangat terperinci di dinding gua diwilayah Prancis dan Spanyol. Kemudian
penyebaran ilmu palmistry ini pun merata diseluruh dunia. Dan ada Negara-negara
yang banyak menggunakan ilmu palmistry seperti Mesir, India, Jepang, dan Yunani.
Secara ilmiah, ilmu
palmistry baru ditulis pada 1420 oleh Jhon Lydgete dalam bukunya yang berjudul Assembly Of God Documents. Secara
sistematis, ilmu palmistry mulai dibahas dalam buku tersebut. Jhon Lydgete
menulis ilmu palmistry dalam bukunya berdasarkan sejarah tokoh-tokoh dunia yang
sebelumnya telah banyak menggunakan ilmu palmistry.
Pada zaman dulu, ilmu
palmistry banyak digunakan oleh raja, filsuf, dan ilmuwan untuk dijadikan dasar
kebijaksanaan mereka. Seperti Aristoteles, seorang filsuf yang hidup sekitar
384-322 SM. Ia menganggap ilmu palmistry sebagai filosofi hidup seseorang.
Aristoteles mengakui bahwa garis tangan merupakan indeks dari kehidupan
seseorang. Selain itu, Julius Caesar tokoh besar dalam Sejarah Romawi, ternyata
memilih dan mengangkat orang kepercayaannya dengan membaca garis tangan mereka.
Caesar meyakini bahwa garis tangan dapat memeberi gambaran secara pasti
mengenai jati diri pemiliknya.
B. Perkembangan Teknik Membaca Sidik Jari
Dalam
perkembangannya, ilmu palmistry tidak hanya pada wilayah pembacaan garis
tangan. Pembacaan terhadap sidik jari pun ikut dipelajari dalam ilmu palmistry.
Pada awalnya para Kaisar China menggunakan sidik jari sebagai salah satu alat
untuk mendeteksi pelaku kejahatan. Lalu, teknik ini pun digunakan dalam dunia
kriminologi dan dijadikan sebagai salah satu alat bukti dalam proses peradilan.
Hal itu
didasarkan pada perbedaan sirik jari setiap orang.
Tahap demi tahap, usaha untuk mengamati dan menulis
tntang sidik jari pun mulai dilakukan. Sejak era 1800-an, istilah daktiloskopi
mulai digunakan. Daktiloskopi merupakan sebuah teknik mengidentifikasi fisik
seseorang melalui sidik jarinya. Berikut ini merupakan perkembangan il u
pendeteksian fisik melalui sidik jari :
- Pada 1880, Dr. Henry Faulds melaporkan tentang system klasifikasi yang dibuatnya untuk mengidentifikasi seseorang berdasarkan sidik jari.
- Pada 1901, teknik pengidentifikasian melalui sidik jari mulai digunakan di inggris.
- Pada 1902, kalangan pegawai negeri di Amerika mulai menggunakan sidik jari sebagai slaah satu cara identifikasi.
- Pada 1905, ilmu mendeteksi dengan sidik jari mulai digunakan di Angkatan Darat Amerika Serikat.
- Pada 1924, FBI mulai menerapkan ilmu mendeteksi fisik melalui sidik jari.
- Pada 1888, buku berjudul Finger Prints menerangkan hubungan klasifikasi sidik jari dengan klasifikasi kepribadian seseorang. Buku ini diperkenalkan oleh sepupu Charle Darwin yang bernama Sir Francis Galton. Ia seorang ilmuawan asal Inggris. Sri Francis Galton percaya bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir dan bakat itu terukir pada sidik jari setiap orang. Ilmu daktiloskopi pun diyakini sebagai ilmu pengetahuan yang tidak semu. Buku-buku dan jurnal mengenai ilmu daktiloskopi pun semakin lengkap.
semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuannn.......
1 komentar:
syalomm.... jangan lupa ya... tinggalkan coment anda sebelum menutup kembali blog ini.. terimakasih :-)
Posting Komentar